Ustadz Dr Firanda Andirja
Sumber Transkrip: www.ngaji.id
--------------------------------------------
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله
2. Pahala yang Allah berikan bertingkat-tingkat
Perkara kedua yang menunjukkan urgensinya kita mempelajari tentang amalan hati, yaitu bahwasanya pahala yang Allah berikan bertingkat-tingkat. Dan tingkatan-tingkatan pahala pada satu amal yang sama bisa berbeda-beda, kembali pada perbedaan amalan hati.
Oleh karenanya Bakr Al-Muzani Rahimahullah pernah berkata:
ما سبقهم أبو بكر بكثرة صيام، ولا صلاة، ولكن بشيء وقر في صدره
“Tidaklah Abu Bakar mengungguli para sahabat yang lain dengan banyaknya puasa dan juga bukan dengan banyaknya shalat, tetapi dengan sesuatu yang terpatri dalam dadanya (yaitu suatu amalan hati).”
Sebagian ulama mengatakan:
الذي وقر في صدره هو حب الله
“Yang terpatri dalam dadanya adalah dia mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Demikian juga Fatimah bintu Abdul Malik, yaitu istrinya ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz Rahimahullahu Ta’ala. Ketika ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz telah meninggal dunia, dia ditanya tentang amalan suaminya. Maka apa jawaban istrinya?
والله ما كان بأكثر الناس صلاة، ولا بأكثرهم صيامًا
“Demi Allah, suamiku (‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz) bukanlah orang yang paling banyak shalatnya, bukan juga yang paling banyak puasanya.”
ولكن -والله- ما رأيت أحدًا أخوف لله من عمر
“Tetapi -demi Allah- aku tidak pernah melihat seorangpun yang lebih takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz.”
Ini menunjukkan bahwasanya amalan hati punya pengaruh, menjadikan pahala ganjaran menjadi besar.
Dalil Pentingnya Amalan Hati
1. Tingkatan pahala shalat
Di antaranya ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berbicara tentang pahala shalat. Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَنْصَرِفُ وَمَا كُتِبَ لَهُ إِلَّا عُشْرُ صَلَاتِهِ تُسْعُهَا ثُمْنُهَا سُبْعُهَا سُدْسُهَا خُمْسُهَا رُبْعُهَا ثُلُثُهَا نِصْفُهَا
“Tidaklah seseorang selesai dari shalat kecuali tidak seluruh amalan shalat dia dapatkan 100%, tetapi dia mendapatkan catatan pahalanya cuma sepersepuluh shalatnya, atau sepersembilannya, atau seperdelapannya, atau sepertujuhnya, atau seperenamnya, atau seperlimanya, atau seperempatnya, atau sepertiganya, atau setengah pahala shalatnya.” (HR. Abu Dawud)
Kata para ulama kenapa demikian? Karena perbedaan pahala shalat ini kembali kepada kekhyusu’an. Semakin seorang khusyu’ dalam shalatnya, maka semakin tinggi pahalanya.
Ini dalil bahwasannya tingkatan pahala tergantung dengan amalan hatinya. Dan kita tahu khusyu’ adalah salah satu bentuk amalan hati.
2. Hadits bithaqah
Kemudian juga dalam hadits yang masyhur, disebut hadits bithaqah. Yaitu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:
يُصَاحُ بِرَجُلٍ مِنْ أُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Dipanggillah seorang dari umatku pada hari kiamat.”
فَيُنْشَرُ لَهُ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ سِجِلاًّ
“Kemudian dibentangkan baginya 99 catatan kemaksiatan.”
كُلُّ سِجِلٍّ مَدَّ الْبَصَرِ
“Setiap catatan sejauh mata memandang,” isinya maksiat terus.
Maka dia menyangkan dia akan binasa. Kemudian kata Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Sesungguhnya engkau memiliki satu kebaikan di sisi Kami.” Maka dikeluarkan satu kartau tertulis Laa Ilaaha Illallah. Maka dia berkata:
مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلاَّتِ
“Yaa Allah, apa pengaruhnya kartu ini dibandingkan dengan 99 catatan amal maksiat yang setiap catatan gulungan dibentangkan maka sejauh mata memandang dibandingkan kartu kecil Laa Ilaaha Illallah?”
Maka dikatakan kepadanya:
إِنَّكَ لاَ تُظْلَمُ
“Engkau tidak akan didzalimi (pada hari ini).”
Ketika ditimbang, ternyata kartu Laa Ilaaha Illallah lebih berat daripada catatan maksiat tersebut. Dan ini luar biasa. Dan kita tahu setiap roang Islam punya kartu ini, setiap kita punya bitaqhah. Tetapi kualitasnya berbeda-beda. Semakin seorang kuat, semakin tinggi tawakalnya, semakin tinggi keikhlasannya, maka akan semakin berat kartu Laa Ilaaha Illallah-nya kalau ditimbang pada hari kiamat kelak.
Ini dalil bahwasanya ganjaran berbanding lurus dengan kuatnya amal hati seseorang.
3. Kisah pezina memberi minum anjing
Demikian juga kisah tentang seorang wanita pezina yang dia memberi minum kepada seekor anjing.
بَيْنَمَا كَلْبٌ يُطِيفُ بِرَكِيَّةٍ ، كَادَ يَقْتُلُهُ العَطَشُ ، إِذْ رَأَتْهُ بَغِيٌّ مِنْ بَغَايَا بَنِي إِسْرَائِيلَ
“Ketika ada seorang anjing dia berputar-putar di mulut sumur dan dia ingin minum dari sumur tersebut tapi dia tidak punya kemampuan untuk turun mengambil air.” Sampai disebutkan dalam riwayat dia menjulurkan lidahnya di pasir karena kehausan.
Maka dilihat oleh seorang wanita pezina dari Bani Israil. Maka dia pun melepaskan sepatunya, kemudian dia turun ke sumur, kemudian dia isi air di sepatunya, kemudian dia naik lagi di atas sumur, kemudian dia memberi minum kepada anjing tersebut. Maka apa kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam?
فَغُفِرَ لَهَا بِهِ
“Maka Allah ampuni dosanya gara-gara amalnya tersebut.” (HR. Imam Al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad – As-Silsilah Ash-Shahihah :1/35)
Para ulama membahas bahwa bukan berarti setiap orang kalau memberi minum kepada seekor hewan lantas kemudian dia dapatkan pahala sebesar itu, tidak. Tapi dia mendapatkan ganjaran yang besar karena ada sesuatu dalam hatinya yang luar biasa, yaitu keikhlasannya, rahmatnya, amalan hati. Ini menunjukkan amalan hati punya pengaruh yang sangat besar dalam memberikan pahala kepada seseorang.
4. Tujuh golongan yang Allah naungi
Di antaranya juga dalam hal ini misalnya tentang tujuh golongan yang Allah naungi pada hari kiamat kelak tatkala matahari diberi jarak 1 mil di padang Mahsyar. Maka ada 7 orang spesial yang Allah naungi pada naungan Allah pada hari kiamat tersebut. Di antaranya Allah sebutkan orang-orang yang melakukan amalan hati yang luar biasa. Seperti apa?
رَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ
“Dua orang yang saling mencintai karena Allah.”
Mencintai karena Allah adalah amalan hati.
Kemudian di antaranya:
رَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ
“Seorang yang rindu ingin ke masjid.”
Di antaranya juga, seorang yang dirayu oleh wanita yang cantik jelita dan kaya raya kemudian dia tolak dengan berkata:
إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ
“Aku takut kepada Allah.”
Takut kepada Allah adalah amalan hati.
Di antaranya juga seorang yang bersedekah dengan tangan kanannya dan dia sembunyikan sampai-sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya, yaitu saking ikhlasnya. Ini adalah amalan hati.
Kemudian di antaranya:
رَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
“Seorang bersendirian kemudian dia ingat Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dia pun menangis.”
Ini juga karena apa? Yaitu karena amalan hati.
Jadi ternyata amalan hati ini punya pengaruh menjadikan pahala besar suatu amal. Bisa jadi seseorang beramal yang sama tapi pahalanya jauh berbeda. Sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Taimiyah Rahimahullahu Ta’ala bahwa bisa jadi dua orang shalat berdampingan, mungkin di shaf yang sama, cara shalatnya sama, tetapi pahala di antara mereka berdua jauh antara langit dan bumi. Kenapa? Karena perbedaan amalan hati.
Oleh karenanya, ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita setiap hari menjalankan ibadah, menjalankan amal-amal shalih, maka perhatikan hati kita, tata hati kita, manage hati kita agar kita memiliki amalan hati yang kuat, sehingga pahala yang kita raih dari amalan-amalan dzahir menjadi sangat besar berdasarkan kuatnya amalan hati kita.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
0 comments:
Post a Comment
Kalau ada pertanyaan, usul/saran, atau komentar yang terkait dengan postingan-postingan saya, silakan tinggalkan pesan Anda disini.