Kepintaran otak atau IQ mungkin dapat membuat Anda mendapatkan sebuah pekerjaan, tetapi EQ - lah yang akan membuat Anda mendapatkan promosi dalam pekerjaan! EQ atau Emotional Intelligence adalah kesadaran dan kemampuan untuk mengelola satu dari emosi secara sehat dan produktif dengan tepat. Itu artinya dibutuhkan IQ dan EQ yang seimbang dalam menjalani hidup ini.
Kalau Anda berpikir IQ adalah segalanya dan lebih penting, maka simak pernyataan Daniel Goleman, dalam buku bestseller-nya Emotional Intelligence, yang mempercayai bahwa mempelajari EQ dapat berguna dalam segala hal. Misalnya, dalam sebuah perusahaan, EQ dapat
membantu dalam hal penerimaan pegawainya. Sedangkan bagi orang tua, dengan mempelajari dan mengasah EQ pada anaknya, dapat membantu anak-anak mereka menghadapi tantangan hidup.
Sebuah penelitian menyebutkan, seorang anak yang memiliki EQ tinggi nantinya akan tumbuh menjadi anak yang popluer dan sukses di sekolahnya. Oleh karena itu para orangtua harus sadar, tidak hanya keterampilan teknis dan pengetahuan ilmiah, namun kemampuan pengendalian diri dan hidup di masyarakat juga sangat penting bagi tumbuh kembang anak.
Secara garis besar kecerdasan emosi ini terbagi dalam dua hal, yaitu mengenali dan mengelola emosi. Terdapat empat ciri anak yang mempunyai EQ tinggi, yaitu dia mempunyai rasa tanggung jawab (responsibility), mempunyai motivasi untuk maju (self motivation), mampu mengontrol keseimbangan diri atau emosi (self regulation), dan mampu bekerjasama dengan oranglain (people skill).
Berikut cara-cara yang bisa Anda gunakan untuk mengajarkan EQ pada anak Anda :
1. Hormati perasaan anak, tanpa harus memperlihatkan padanya bahwa sebenarnya Anda sendiri merasa kesulitan menangani emosi anak Anda. Belajarlah untuk menanganinya.
2. Ajari anak untuk mengungkapkan perasaan apa yang sedang ia rasakan pada saat itu.
3. Cobalah berbagi perasaan dengan anak, tetapi jangan libatkan anak-anak pada masalah yang sedang Anda hadapi. Cukup tunjukkan bahwa Anda pun memiliki perasaan yang sama dengan mereka.
4. Menjadi panutan dalam menangani segala macam masalah yang sedang dihadapi. Jika Anda berteriak ketika sedang marah, maka sang anak pun akan mengikuti ”jejak” Anda.
5. Coba untuk lebih sensitif dengan mengetahui dan ikut merasakan apa yang sedang anak Anda rasakan.
6. Dengarkan curhatan mereka dan berikan feedback. Seperti mengucapkan, "Kamu kelihatan sedih. Apa ada yang ingin kamu bicarakan?"
7. Berikan waktu anak untuk mengatasi perasaannya. Jangan terlalu memaksa untuk memberitahukan apa yang sedang ia rasakan.. Biarkan semuanya berjalan secara perlahan.
8. Jangan sampai Anda terpancing emosi ketika menghadapi anak yang sedang marah.
9. Biarkan anak marah-marah dan menumpahkan semua emosinya, namun jangan sampai anak berperilaku buruk. Misalnya melempari atau memukuli Anda.
10. Karena Anda menjadi panutan yang baik dalam mengekspresikan sesuatu bagi anak, maka Anda harus mampu mengendalikan emosi dengan baik di depan anak. Jika Anda merasa tidak kuat menahan emosi lagi, Anda bisa menuliskannya di diary atau berbicara dengan suami, keluarga atau kerabat terdekat.
http://www.melindahospital.com
27 December 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment
Kalau ada pertanyaan, usul/saran, atau komentar yang terkait dengan postingan-postingan saya, silakan tinggalkan pesan Anda disini.